Tuesday, November 15, 2016

KETIKA SANG PENCIPTA BUMI DAN LANGIT BICARA


Tak akan ada manusia yang tahu bagaimana Allah menampakkan kekuasaannya pada setiap manusia. tak ada satu manusia pun yang pernah menyangka bahwa Allah akan bicara dengan bahasa goncangan dan air yang melimpah ketika ingin menunjukkan kuasanya. inilah saksi nyata akan kebesaran Allah. salah satu rumah Allah (masjid) yang selamat dari dahsyatnya gempa dan gelombang tsunami di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004. 


Allah maha adil dalam stiap musibah pasti ada kehendak yang ingin ditunjukkan bagi hamba-hambanya yang beriman. Kita dapat memetik hikmah dari musibah besar ini bahwa Allah sedang menguji kita. allah meninggalkan sisa tsunami dalam bentuk rumahnya yang masih kukuh disetiap kampung atau berbagai wilayah di Aceh. pernah tidak terlintas dalam ingatan kita bahwa ini pertanda agar kita tak pernah lupa padanya dengan bersujud di rumahnya. janganlah kita menggunakan rumahnya hanya sebagai tempat tamasya untuk peristiraatan ketika lelah berjalan-jalan. allah bicara tidak melalui kata tapi melalui kuasanya. Bagi hambanya yang masih bernafas sampai detik ini marilah kita renungkan setiap hal dalam kehidupan bahwa kita hanyalah makluk kecil yang dititipkan Allah ke bumi untuk menyembah-Nya.


Tuesday, August 18, 2009

PEMAHAMAN TENTANG KARYA SASTRA

Lahirnya sebuah karya sastra adalah untuk dapat dinikmati oleh pembaca. Untuk dapat menikmati suatu karya sastra secara sungguh-sungguh dan baik diperlukan pengetahuan tentang sastra. Tanpa pengetahuan yang cukup penikmatan akan sebuah karya sastra hanya bersifat dangkal dan sepintas karena kurangnya pemahaman yang tepat. Sebelumnya patutlah semua orang tahu apa yang dimaksud dengan karya sastra? Karya sastra bukanlah ilmu, karya sastra adalah seni. Dimana banyak unsur kemanusiaan yang masuk di dalamnya, khususnya perasaan, sehingga sulit diterapkan untuk metode keilmuan. Perasaan, semangat, kepercayaan, keyakinan sebagai unsur karya sastra sulit dibuat batasannya.

Karya sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan yang dapat membangkitkan pesona dengan alat bahasa dan dilukiskan dalam bentuk tulisan. Ada sebuah pendapat seorang penulis yaitu Jakop Sumardjo dalam bukunya yang berjudul Apresiasi Kesusastraan mengatakan bahwa karya sastra adalah sebuah usaha merekam isi jiwa sastrawannya. Rekaman ini menggunakan alat bahasa. Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain.


Pada dasarnya karya sastra sangat bermanfaat bagi kehidupan karena dengan karya sastra dapat memberi kesadaran kepada pembaca tentang kebenaran-kebenaran hidup ini walaupun dilukiskan dalam bentuk fiksi. Karya sastra dapat memberikan kegembiraan dan kepuasan batin. Hiburan ini adalah jenis hiburan intelektual dan spiritual. Karya sastra juga dapat dijadikan sebagai pengalaman untuk berkarya karena siapa pun bisa menuangkan isi hati dan pikiran dalam sebuah tulisan yang bernilai seni.


Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan karya sastra tidak salahnya apabila kita melirik dengan lebih mendalam tentang genre (jenis) karya sastra. Karya sastra dapat digolongkan dua kelompok yakni karya sastra imajinatif dan karya sastra non-imajinatif. Ciri karya sastra imajinatif adalah karya sastra tersebut lebih menonjolkan sifat khayali, menggunakan bahasa yang konotatif, dan memenuhi syarat-syarat estetika seni. Sedangkan ciri karya sastra non-imajinatif adalah karya sastra tersebut lebih banyak unsur faktualnya daripada khayalinya, cenderung menggunakan bahasa denotatif, dan tetap memenuhi syarat-syarat estetika seni.
Pembagian genre sastra imajinatif dapat dirangkumkan dalam bentuk puisi, fiksi atau prosa naratif, dan drama. Penjelasan tentang ketiga karya sastra ini akan kita kupas secara terperinci.


1. Puisi
Puisi adalah rangkaian kata yang sangat padu. Oleh karena itu, kejelasan sebuah puisi sangat bergantung pada ketepatan penggunaan kata serta kepaduan yang membentuknya.

2. Fiksi atau prosa naratif
Fiksi atau prosa naratif adalah karangan yang bersifat menjelaskan secara terurai mengenai suatu masalah atau hal atau peristiwa dan lain-lain. Fiksi pada dasarnya terbagi menjadi novel, roman, dan cerita pendek.
Suroto dalam bukunya yang berjudul Apresiasi Sastra Indonesia menjelaskan secara terperinci tentang pengertian tiga genre yang termasuk dalam prosa naratif ini.

a. Novel
Novel ialah suatu karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-orang (tokoh cerita). Dikatakan kejadian yang luar biasa karena dari kejadian ini terlahir suatu konflik, suatu pertikaian, yang mengalihkan jurusan nasib para tokoh. Novel hanya menceritakan salah satu segi kehidupan sang tokoh yang benar-benar istimewa yang mengakibatkan terjadinya perubahan nasib.

b. Roman
Istilah roman berasal dari genre romance dari Abad Pertengahan yang merupakan cerita panjang tentang kepahlawanan dan percintaan. Istilah roman berkembang di Jerman, belanda, Prancis, dan bagian-bagian Eropa Daratan yang lain. Ada sedikit perbedaan antara roman dan novel yakni bahwa bentuk novel lebih pendek dibanding dengan roman, tetapi ukuran luasnya unsur cerita hampir sama.

c. Cerita pendek
Cerita atau cerita pendek adalah suatu karangan prosa yang berisi cerita sebuah peristiwa kehidupan manusia pelaku/tokoh dalam cerita tersebut. Dalam karangan tersebut terdapat pula peristiwa lain tetapi peristiwa tersebut tidak dikembangkan sehingga kehadirannya hanya sekedar sebagai pendukung peristiwa pokok agar cerita tampak wajar. Ini berarti cerita hanya dikonsentrasikan pada suatu peristiwa yang menjadi pokok ceritanya.

3. Drama
Genre sastra imajinatif yang ketiga adalah drama. Drama adalah karya sastra yang mengungkapkan cerita melalui dialog-dialog para tokohnya. Drama sebagai karya sastra sebenarnya hanya bersifat sementara, sebab naskah drama ditulis sebagai dasar untuk dipentaskan. Dengan demikian, tujuan drama bukanlah untuk dibaca seperti orang membaca novel atau puisi. Drama yang sebenarnya adalah kalau naskah sastra tadi telah dipentaskan. Tetapi bagaimanapun, naskah tertulis drama selalu dimasukkan sebagai karya sastra.
Selanjutnya adalah pembagian genre sastra non-imajinatif, dimana kadar fakta dalam genre sastra ini agak menonjol. Sastrawan bekerja berdasarkan faktaa atau kenyataan yang benar-benar ada dan terjadi sepanjang yang mampu diperolehnya. Dengan sendirinya penyajiannya dalam bentuk sastra disertai oleh daya imajinasinya pula, yang memang menjadi ciri khas karya sastra. Genre yang termasuk dalam karya sastra non-imajinatif, yaitu:

1. Esei
Esei adalah karangan pendek tentang sesuatu fakta yaang dikupas menurut pandangan pribadi manusia. Dalam esei baik pikiran maupun perasaan dan keseluruhan pribadi penulisnya tergambar dengan jelas, sebab esei memang merupakan ungkapan pribadi penulisnya terhadap sesuatu fakta.

2. Kritik
Kritik adalah analisis untuk menilai sesuatu karya seni, dalam haal ini karya sastra. Jadi, karya kritik sebenarnya termasuk argumentasi dengan faktanya sebuah karya sastra, sebab kritik berakhir dengan sebuah kesimpulan analisis. Tujuan kritik tidak hanya menunjukkan keunggulan, kelemahan, benar dan salahnya sebuah karya sastra dipandang dari sudut tertentu, tetapi tujuan akhirnya adalah mendorong sastrawan untuk mencapai penciptaan sastra setinggi mungkin dan juga mendorong pembaca untuk mengapresiasi karya sastra secara lebih baik.

3. Biografi
Biografi atau riwayat hidup adalah cerita tentang hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain. Tugas penulis biografi adalah menghadirkan kembali jalan hidup seseorang berdasarkan sumber-sumber atau fakta-fakta yang dapat dikumpulkannya. Teknik penyusunan riwayat hidup itu biasanya kronologis yakni dimulai dari kelahirannya, masa kanak-kanak, masa muda, dewasa, dan akhir hayatnya. Sebuah karya biografi biasanya menyangkut kehidupan tokoh-tokoh penting dalam masyarakat atau tokoh-tokoh sejarah.

4. Otobiografi
Otobiografi adalah biografi yang ditulis oleh tokohnya sendiri, atau kadang-kadang ditulis oleh orang lain atas penuturan dan sepengetahuan tokohnya. Kelebihan otobiografi adalah bahwa peristiwa-peristiwa kecil yang tidak diketahui orang lain karena tidak ada buktinya dapat diungkapkan. Begitu pula sikap, pendapat, dan perasaan tokoh yang tak pernah diketahui orang lain dapat diungkapkan.

5. Sejarah
Sejarah adalah cerita tentang zaman lampau sesuatu masyarakat berdasarkan sumber-sumber tertulis maupun tidaak tertulis. Meskipun karya sejarah berdasarkan fakta yang diperoleh dari beberapa sumber, namun penyajiannya tidak pernah lepas dari unsur khayali pengarangnya. Fakta sejarah biasanya terbatas dan tidak lengkap, sehingga untuk menggambarkan zaman lampau itu pengarang perlu merekontruksinya berdasarkan daya khayal atau imajinasinya sehingga peristiwa itu menjadi lengkap dan terpahami.

6. Memoar
Memoar pada dasarnya adalah sebuah otobiografi, yakni riwayat yang ditulis oleh tokohnya sendiri. Bedanya, memoar terbatas pada sepenggal pengalaman tokohnya, misalnya peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh selama Perang Dunia Kedua saja. Fakta dalam memoar itu unsur imajinasi penulisnya ikut berperanan.

7. Catatan harian
Catatan harian adalah catatan seseorang tentang dirinya atau lingkungan hidupnya yang ditulis secara teratur. Catatan harian sering dinilai berkadar sastra karena ditulis secara jujur, spontan, sehingga menghasilkan ungkapan-ungkapan pribadi yang asli dan jernih, yakni salah satu kualitas yang dihargai dalam sastra.

8. Surat-surat
Surat tokoh tertentu untuk orang-orang lain dapat dinilai sebagai karya sastra karena kualitas yang sama seperti terdapat dalam catatan harian.

Genre sastra non-imajinatif ini belum berkembang dengan baik, sehingga adanya genre tersebut kurang dikenal sebagai bagian dari sastra. Apa yang disebut karya sastra selama ini hanya menyangkut karya-karya imajinasi saja. Hal ini bisa kita lihat dari pemahaman masyarakat khususnya pelajar tentang sastra.

Inilah tulisan singkat tentang sastra dan pembagiannya.untuk memahami lebih jauh lagi dapat digali lagi lebih lanjut dari berbagai sumber baik itu buku, artikel, majalah, surat kabar dan sebagainya.

Sumber yang dijadikan cerminan untuk tulisan ini:

Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1994. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Suroto. 1990. Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMTA. Jakarta: Erlangga.

Saturday, August 8, 2009

Persepsi Tentang Cerpen

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cerpen atau cerita pendek adalah suatu karangan prosa yang berisi cerita peristiwa kehidupan manusia pelaku/tokoh dalam cerita tersebut. Dalam karangan tersebut terdapat pula peristiwa lain tetapi peristiwa tersebut tidak dikembangkan sehingga kehadirannya hanya sekedar sebagai pendukung peristiwa pokok agar cerita tampak wajar. Ini berarti cerita hanya dikonsentrasikan pada satu peristiwa yang menjadi pokok ceritanya.


Ukuran fisik secara nyata akan panjang pendeknya sebuah cerpen memang tidak ada, akan tetapi “Sebuah cerita yang memakan seratus halaman tentu bukan sebuah cerpen”, demikian kata H. B. Jassin (dalam Suroto, 1990:18). Ukuran yang dipergunakan hanyalah kesingkatan dan kepadatan ceritanya serta penonjolan satu peristiwa yang benar-benar dianggap penting oleh pengarangnya. Dengan kata lain apa yang hendak disampaikan pengarang lewat cerpennya benar-benar terasa.
Sebagai karya sastra cerpen memiliki fungsi untuk menyampaikan nilai budaya, nilai religius, nilai moral, nilai sosial, dan nilai pendidikan. Dalam sebuah cerpen dapat dilihat pandangan pengarang terhadap suatu masalah. Selain itu, cerpen juga sebagai salah satu hiburan bagi pembaca. Oleh karena itu, cerpen layak untuk dikonsumsi sebagai sesuatu yang dapat dinikmati dan disikapi secara positif dan wajar dalam kehidupan.


Apresiasi terhadap karya sastra adalah upaya atau proses menikmati, memahami, dan menghargai suatu karya sastra secara kritis, sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, dan kepekaan pikiran yang baik terhadap karya sastra terutama cerpen. Kegiatan mengapresiasi cerpen sangat banyak keuntungannya bagi siswa. Pertama sekali cerpen banyak kita temui diberbagai majalah atau surat kabar sehingga mudah kita dapatkan. Di samping itu, cerpen tidak terlalu panjang sehingga tidak membebani siswa untuk membiasakan diri menikmati suatu karya sastra (yang bermutu tentu saja). Oleh karena itu, dapat diajarkan atau dilatih dalam waktu yang cukup pendek, misalnya dalam satu jam pelajaran. Selain itu, pembacaan sebuah cerpen yang baik dan menarik akan menghibur siswa yang telah jenuh dengan berbagai kegiatan belaka. Katakanlah sebagai selingan. Dan dengan cara itu, pelajaran bahasa Indonesia akan terasa menyenangkan.
Dari gambaran di atas, dapatlah ditegaskan bahwa apresiasi cerpen sangatlah penting dalam kehidupan manusia. Perlu disadari bahwa untuk mendapatkan hasil yang maksimal tidaklah mudah. Banyak faktor penghambatnya. Namun, hambatan-hambatan tersebut sering diabaikan orang.
Pengajaran apresiasi karya sastra di SMA/MA disesuaikan dengan jenjang kelas dan kurikulum yang berlaku. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran (KTSP) pada jenjang kelas II tercantum standar kompetensi yaitu memahami pembacaan cerpen. Kompetensi dasarnya (1) mengidentifikasi alur, penokohan, dan latar dalam cerpen yang dibacakan, (2) Menemukan nilai-nilai dalam cerpen yang dibacakan. Agar kegiatan pengapresiasian cerpen dapat terlaksana di sekolah-sekolah dengan baik, ditetapkanlah pengajaran cerpen sebagai bagian dari pengajaran sastra. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat menganalisis unsur-unsur yang membangun cerpen.
Penelitian ini penting dilakukan karena mengingat kemampuan apresiasi cerpen sangat menunjang keberhasilan siswa memahami cerpen. Adapun dasar pemikiran penulis mengadakan penelitian ini, yaitu seseorang yang menguasai teori tentang cerpen dengan baik belum tentu ia mampu mengapresiasikan cerpen dengan baik pula. Oleh karena itu, penulis meneliti kemampuan mengapresiasikan cerpen, khususnya cerpen “Perempuan Berbibir Kupu-kupu” pada siswa MAN Model Banda Aceh. Yang mendorong penulis memilih MAN Model Banda Aceh sebagai tempat pengambilan data penelitian ini ialah adanya kenyataan bahwa MAN tersebut termasuk ke dalam MAN favorit dalam Kota Banda Aceh.

1.2 Masalah

Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada kemampuan siswa kelas II MAN Model Banda Aceh mengapresiasi unsur-unsur intrinsik cerpen Perempuan Berbibir Kupu-kupu karya Erwan Juhara, khususnya yang berkenaan dengan (a) tema, (b) alur cerita, (c) penokohan, (d) amanat, (e) sudut pandang, (f) latar, dan (g) gaya bahasa.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang kemampuan siswa kelas II MAN Model Banda Aceh mengapresiasi unsur-unsur intrinsik cerpen Perempuan Berbibir Kupu-kupu karya Erwan Juhara, khususnya yang berkenaan dengan (a) tema, (b) alur cerita, (c) penokohan, (d) amanat, (e) sudut pandang, (f) latar, dan (g) gaya bahasa.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk hal-hal berikut ini:
(1) untuk menambah wawasan siswa terhadap apresiasi cerpen,
(2) bahan masukan bagi guru dalam upaya meningkatkan mutu pengajaran cerpen,

(3) bahan masukan bagi penyelenggara pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan, khususnya pelajaran bahasa Indonesia, dan
(4) bahan masukan atau bahan perbandingan bagi peneliti yang lain.

1.5 Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

(1) Pengajaran teori apresiasi cerpen di kelas II MAN Model Banda Aceh telah dilaksanakan berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi.
(2) Siswa kelas II MAN Model Banda Aceh sudah mempelajari unsur-unsur intrinsik karya sastra.
(3) Penguasaan teori cerpen oleh siswa secara baik akan membantu siswa tersebut dalam mengapresiasikan cerpen.

1.6 Hipotesis

Yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa kelas II MAN Model Banda Aceh dalam mengapresiasi cerpen Perempuan Berbibir Kupu-kupu karya Erwan Juhara berada dalam kategori baik.
1.7 Populasi dan Sampel Penelitian
1.7.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II MAN Model Banda Aceh tahun pelajaran 2007/2008. Siswa terdiri atas 9 kelas dengaRata Penuhn rincian yaitu: kelas II.IPA.1 34 orang, II.IPA.2 34 orang, II.IPA.3 34 orang, II.IPA.4 36 orang, II.IPA.5 36 orang, II.IPS.1 26 orang, II.IPS.2 26 orang, II.IPS.3 25 orang, II.MAK 21 orang. Jadi jumlah seluruh siswa 272 orang.

1.7.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah sebagian siswa kelas II MAN Model Banda Aceh tahun ajaran 2007/2008. Penetapan sampel dilakukan dengan berpedoman pada Suharsimi Arikunto (1998: 120) yaitu: “Apabila subjek penelitian kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjek lebih besar dari 100 dapat diambil antara 10 % - 15 %, 20 % - 25 % atau lebih.
Untuk menentukan sampel penulis menggunakan teknik random sampling, yaitu mengambil secara acak. Penelitian ini mengambil sampel 13 % dengan jumlah siswa 34 siswa. Dalam pelaksanaan penelitian ini, jumlah 34 siswa diambil dari kelas II.IPA.3 saja.

1.8 Metode dan Teknik Penelitian
1.8.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Penggunaan metode ini sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu mendeskripsikan kemampuan siswa kelas II MAN Model Banda Aceh mengapresiasi cerpen Perempuan Berbibir Kupu-kupu karya Erwan Juhara. Dengan metode tersebut penulis mengumpulkan data, menganalisis data yang diperoleh, dan pada akhirnya dapat ditarik suatu kesimpulan.

1.8.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik tes. Materi tes disesuaikan dengan materi pembelajaran apresiasi bahasa dan sastra Indonesia untuk SMU menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Materi tes diambil dari cerpen yang diteliti yaitu, cerpen Perempuan Berbibir Kupu-kupu karya Erwan Juhara. Siswa diberi waktu satu jam untuk membaca cerpen tersebut. Kemudian siswa diminta untuk menjawab soal yang terdiri atas 20 butir soal pilihan ganda dan 6 butir soal essai. Setiap soal pilihan ganda diberi bobot 2, sedangkan soal essay diberi bobot 10 sehingga nilai tertinggi yang mungkin diperoleh siswa adalah 100. seandainya dalam menjawab soal pilihan ganda salah, nilainya nihil (0), sedangkan dalam soal essay jika jawabannya benar nilainya 10, mendekati (hampir benar) nilainya 8, menjawab setengah nilainya 6, hanya mengarah saja nilainya 4, menjawab tetapi tidak benar jawabannya 2 karena mempertimbangkan siswa sudah berusaha untuk menjawab, dan tidak menjawab nilainya 0.

Thursday, August 6, 2009

Aku dalam Cerminan

Aku ingin menjadi seperti kaktus
yang tetap bertahan hidup walaupun di pandang pasir
Aku ingin seperti anggrek
yang walaupun hidup di pohon lain
Namun ia memberi kesan indah
Aku ingin seperti teratai
walaupun ia terombang ambing di atas air
namun ia tetap berusaha menunjukkan jati dirinya
Aku ingin jadi seekor pinquin
yang tetap bertahan hidup dalam bongkahan es
Aku ingin jadi diriku sendiri
dengan merefleksikan perjuangan hidup dari mereka di atas